Kejati Sumbar Gelar “Jaksa Mengajar” di SMA Negeri 3 Padang: Tanamkan Semangat Antikorupsi Sejak Bangku Sekolah

PADANG, SUMBAR | Upaya pemberantasan korupsi tidak bisa hanya dilakukan dengan penindakan. Pencegahan sejak dini menjadi kunci penting dalam membangun bangsa yang bersih dan berintegritas. Semangat inilah yang dibawa oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat (Kejati Sumbar) melalui program “Jaksa Mengajar” yang digelar di SMA Negeri 3 Padang, Selasa (9/9).

Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Yuni Daru Winarsih, S.H., M.Hum., yang hadir memberikan sambutan sekaligus membuka sesi pembelajaran. Kehadiran orang nomor satu di jajaran Kejati Sumbar tersebut menjadi momen bersejarah bagi keluarga besar SMA Negeri 3 Padang, karena untuk pertama kalinya mereka menerima kunjungan resmi lembaga penegak hukum tingkat provinsi dalam format pembelajaran langsung di kelas.

Dalam sambutannya, Yuni menekankan pentingnya membangun kesadaran hukum sejak di usia sekolah. “Generasi muda adalah garda terdepan bangsa ini. Jika mereka dibekali dengan pemahaman tentang hukum dan bahaya korupsi sejak dini, maka kita sedang menyiapkan pondasi yang kuat bagi Indonesia yang lebih jujur, adil, dan bermartabat,” tegasnya.

10 Jaksa Mengajar di 10 Kelas

Sebanyak 10 orang jaksa diturunkan untuk mengajar di 10 ruang kelas siswa kelas XI. Materi yang dibawakan bertajuk “Pengenalan Korupsi Sejak Dini”. Para siswa diajak memahami apa itu korupsi, bagaimana bentuk-bentuk perilaku koruptif bisa terjadi di kehidupan sehari-hari, serta mengapa tindakan itu sangat merugikan masyarakat dan negara.

Tidak hanya sebatas ceramah, para jaksa juga membuka ruang diskusi interaktif. Mereka mengajak siswa berpikir kritis melalui pertanyaan sederhana: apakah mencontek, membolos, atau menggunakan fasilitas sekolah tanpa izin bisa dianggap tindakan yang tidak jujur dan termasuk perilaku koruptif dalam skala kecil. Cara penyampaian yang ringan, disertai contoh nyata di sekitar kehidupan pelajar, membuat materi terasa dekat dan mudah dipahami.

“Awalnya saya kira korupsi itu hanya soal uang negara miliaran rupiah. Ternyata dari hal kecil di sekolah pun kita bisa belajar apa arti kejujuran dan disiplin,” ungkap Dwi, salah satu siswa yang mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusias.

Suasana Belajar yang Berbeda

Sejak pagi, suasana SMA Negeri 3 Padang tampak berbeda. Siswa-siswa yang biasanya belajar dengan guru mereka, kali ini duduk berhadapan dengan para jaksa yang mengenakan seragam dinas cokelat khas kejaksaan. Kehadiran mereka bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menjadi sahabat belajar.

Para guru pun menyambut baik kegiatan ini. Menurut mereka, siswa perlu mendapatkan perspektif baru langsung dari aparat penegak hukum. “Materi seperti ini sangat relevan. Anak-anak jadi lebih paham bahwa kejujuran dan tanggung jawab bukan hanya nilai sekolah, tetapi juga pondasi hidup di masyarakat,” ujar salah seorang guru.

Wujud Kedekatan Kejaksaan dengan Dunia Pendidikan

Program “Jaksa Mengajar” merupakan bagian dari agenda nasional kejaksaan untuk mendekatkan lembaga hukum dengan masyarakat. Bagi Kejati Sumbar, memilih sekolah sebagai ruang edukasi hukum adalah strategi tepat, karena di sinilah bibit-bibit karakter bangsa ditempa.

“Pencegahan korupsi tidak bisa hanya dilakukan dengan peraturan keras. Harus ada pendidikan karakter yang konsisten, dan sekolah adalah tempat terbaik untuk menanamkannya. Kami ingin anak-anak ini tumbuh menjadi generasi yang berani berkata benar dan menolak segala bentuk kecurangan,” jelas Yuni Daru Winarsih.

Harapan ke Depan

Kegiatan ini diharapkan tidak berhenti di SMA Negeri 3 Padang saja. Kejati Sumbar menargetkan program serupa dapat menjangkau lebih banyak sekolah di berbagai kabupaten dan kota. Dengan demikian, pesan antikorupsi bisa tersebar luas, membentuk ekosistem pendidikan yang sehat, dan memperkuat tekad kolektif melawan korupsi sejak akar rumput.

Di akhir kegiatan, siswa-siswa tampak bersemangat menyuarakan komitmen untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran, baik di sekolah maupun di kehidupan sehari-hari. Suasana itu seolah menjadi simbol kecil lahirnya generasi baru: generasi yang cerdas, berintegritas, dan siap menjaga Indonesia dari bahaya laten korupsi.

TIM RMO

Posting Komentar

0 Komentar